Malam itu galeri Canopy Centre sesak, musik keras memenuhi ruangan yang letaknya tepat di belakang cafe, menenggelamkan suara penonton yang hadir dalam acara Silahturockmi, ajang silaturahmi band underground di Pontianak. Saya tidak pernah nyaman berada di keramaian seperti itu, saya tidak begitu menyukai gigs, tidak ada kesenangan yang saya temui di tengah lautan manusia dengan suara bising yang memekakkan telinga, dengan wajah-wajah asing yang tidak saya kenali. Seringkali kehadiran saya di acara-acara seperti itu karena kepentingan pekerjaan.
Tapi malam itu saya datang dengan sukarela karena kami (saya dan dua teman lainnya dari Komunitas Pecandu Buku) membuka lapak baca gratis di acara itu. Beberapa buku kami bawa, kami susun di atas meja panjang tidak jauh dari pintu masuk. Mulai dari Tan Malaka, Michael Bakunin, Fidel Castro, Ema Goldman hingga Carl Sagan dan Stephen Hawking berjejeran menunggu pengunjung menyapa mereka, pengunjung yang mungkin saja lelah berteriak atau moshing di dalam. Buku-buku sastra juga disusun rapi, siapa tahu ada yang berkontemplasi sepanjang jalan pulang sesudah singgah di lapakan.
Kami ada untuk mengisi kebosanan atau kelelahan teman-teman setelah atau sebelum menonton. Bisa jadi ada yang sedang menunggu dan tidak tahu mau ngapain, membaca buku jauh lebih baik ketimbang berdiri bengong sendirian atau sok asik memainkan gawai, syukur-syukur kalau baterai atau kuotanya masih ada hehehe.
Awalnya saya pesimis akan ada yang membaca, berdasarkan pengalaman melapak di beberapa acara, yang tertarik membaca bisa dihitung pakai jari selama acara berlangsung. Kebanyakan dari mereka cuma melihat-lihat buku lalu bertanya apakah buku ini dijual atau tidak, padahal di depan sudah ditulis "Lapak Baca Gratis". Kalau sudah begini saya nyengir dan nyinyir di dalam hati, cakep-cakep tapi bego wkwk.
Tapi malam itu dugaan saya salah, ternyata yang tertarik membaca lebih banyak dari biasanya. Beberapa wajah sudah saya kenal karena pernah saya temui ketika meliput acara Voice of Borneo (makasih om Den, w ga kuper-kuper amat akhirnya hahaha). Saya juga dapat beberapa kenalan baru yang suka membaca dan menulis.
Sebenarnya menurut saya kegiatan membaca itu adalah kegiatan personal. Saya pribadi tidak bisa membaca buru-buru, jadi mustahil bisa membaca buku dari lapakan orang, ujung-ujungnya saya pasti pinjam buku itu karena buku itu candu, sama seperti drama korea. Sekali kamu buka halaman pertama, bakal sulit berhenti sampai halaman terakhir. Tapi kami rasa membuka lapak baca gratis seperti ini bisa jadi salah satu cara untuk meningkatkan minat baca di lingkungan kami.
Minimal jejaring akan bertambah, mereka yang membaca buku di lapakan biasanya tertarik dengan informasi yang ada di buku. Mereka lalu meminta kontak kami dan buku tersebut dipinjam. Minimal kami sudah berusaha, daripada misuh-misuh karena tingkat literasi yang rendah tapi tidak berbuat apa-apa.
Lapak baca gratis yang dibuka di ruang-ruang publik memungkinkan kita untuk saling menemukan. Saya yakin sebenarnya banyak yang senang membaca buku tapi buku yang ingin dibaca tidak ada. Untuk ukuran Pontianak yang toko bukunya terbatas, menemukan buku yang menarik dan sesuai kebutuhan tidaklah mudah. Lebih banyak buku-buku yang memuaskan emosi ketimbang mencerdaskan pembaca. Malam itu kami berusaha menghadirkan buku-buku alternatif, dan respon yang kami dapat sangat positif. Obrolan-obrolan panjang bersama pengunjung mengenai beberapa buku pun bergulir hangat meski harus setengah teriak supaya tidak tenggelam oleh musik.
Meski tidak berharap terlalu banyak pada tingkat literasi di Kalbar, setidaknya respon yang kami dapat kemarin memperlihatkan banyak yang ingin membaca buku tapi belum menemukan buku tersebut. Yang harus kita lakukan adalah bersama-sama menyediakan bacaan yang memang bisa memuaskan keingintahuan masyarakat. Negara sebenarnya mengakomodir kebutuhan ini, tapi ada tetek bengek yang harus dilengkapi untuk menikmati buku-buku di sana. Rumit, shay :)
Dari perjumpaan dengan beberapa teman baru malam itu saya berharap semakin banyak orang-orang yang saling menemukan sehingga kita bisa saling bertukar pikiran, saling dukung untuk membuat diri kita berarti bagi sesama. Dengan saling menemukan, informasi yang didapat semakin banyak, landasan berpikir kita semakin kuat dan tujuan kita semakin jelas. Saya berharap suatu hari nanti forum-forum diskusi tentang masa depan tempat ini tidak hanya milik kalangan-kalangan tertentu, milik mereka yang konservatif sementara yang lainnya hanya jadi penurut karena minimnya informasi dan ketidakpahaman masyarakat membaca kebijakan yang dikeluarkan pemerintah.
Semoga semakin banyak orang yang saling menemukan dan membuat tempat ini semakin menyenangkan. Semakin menyenangkan dengan cowok-cowok cerdas yang tidak hanya cakep dan tajir tapi juga berwawasan luas. Karena kubosan dengan cowok-cowok yang obrolannya garing. Seharian nanyain "lagi ngapain, udah makan belum, hari ini mau jalan ke mana, nonton yuk, makan ke sini yuk." Kenapa gak ngomongin sesuatu yang informatif dan mencerdaskan. dududu :p
Jadi, sampai ketemu di lapak-lapak buku berikutnya. Kalau tertarik saling pinjam buku bacaan bisa menghubungi akun @bukuselanjutnya yaa.
Semoga semakin banyak orang yang saling menemukan dan membuat tempat ini semakin menyenangkan. Semakin menyenangkan dengan cowok-cowok cerdas yang tidak hanya cakep dan tajir tapi juga berwawasan luas. Karena kubosan dengan cowok-cowok yang obrolannya garing. Seharian nanyain "lagi ngapain, udah makan belum, hari ini mau jalan ke mana, nonton yuk, makan ke sini yuk." Kenapa gak ngomongin sesuatu yang informatif dan mencerdaskan. dududu :p
Jadi, sampai ketemu di lapak-lapak buku berikutnya. Kalau tertarik saling pinjam buku bacaan bisa menghubungi akun @bukuselanjutnya yaa.
Comments
Post a Comment