Sebelumnya tulisan ini kutulis di caption instagramku untuk mengikuti tantangan menulis surat cinta dari kelompok membaca Pecandu Buku.
Surat ini kutujukan untuk seorang teman yang setiap malam selalu memelukku melalui sticker Kukuxumusu sebelum tidur.
Untuk Februari..
Kutulis surat ini ketika bus berisi orang-orang bermasker warna-warni melintasi rumah dengan iringan mobil polisi. Suara sirene memecah petang yang tenang. Dari Mempawah mereka diungsikan ke Bekangdam XXI Tanjungpura lalu akan dibawa entah ke mana, bandara atau pelabuhan.
Hari yang menyenangkan.
Pagi ini sama seperti hari-hari sebelumnya, perayaan kehidupanku tak jauh berbeda dengan hari yang kemarin, ritual pagiku tak satupun yang terlewatkan.
Aku bangun di tempat tidur yang sama, mendapat pesan yang sama dari orang yang sama. Pagiku kulalui seperti biasa, melipat selimut dan menyibak tirai jendela, menjerang teh lalu menyalakan televisi.
Lalu siang hari kubuang-buang waktuku di atas tumpukan buku. Sekedar mencari kosakata baru atau benar-benar menambah ilmu.
Tapi, kali ini soreku agak lain. Dia, yang adalah - orang yang sama - orang yang menjadi nada dalam lagu-lagu sumbangku tempo hari mengirimiku sebuah puisi.
Telah tuntas kubaca tapi belum kupahami semua artinya.
Ditulisnya bahwa hakikatnya seorang lelaki membutuhkan pengakuan, dan kurasa ia pun tahu bahwa yang perempuan butuhkan hanyalah kenyamanan. Entah bagaimana harusnya aku bertindak setelah ini. Menjaga jarak agar tak lagi dekat atau terus memelihara mantra-mantra penuh dosa yang terlanjur kami rapalkan bersama.
Banyak yang terlihatt tak jelas di antara kami, tapi banyak pula yang terasa jelas. Entah perlu melihat atau merasa, yang kutahu pasti dia orang yang membuat hariku menjadi biru.
Februari..
Sengaja kutulis surat ini sebelum Januari benar-benar berakhir dan kau hadir tanpa kejutan. Sampai kau tiba nanti dan aku kembali membuka surat ini, semoga perasaanku masih tetap hangat seperti saat menulisnya.
Apakah nanti kami masih berbagi pelukan atau tidak, masih menjadi teman atau bukan, masih merapalkan mantra yang sama atau berbeda, kuharap hatiku tetap hangat ketika membuka kembali surat ini.
Entah dari teman atau kekasih, sebuah gandengan akan tetap menghangatkan dan pelukan akan tetap menenangkan.
***
Akhirnya Rani galau juga. Haha
ReplyDelete