Blog Archive

Popular Posts

Halaman

About

Blogroll

Postingan Populer

Skip to main content

Membentuk Pustaka, Berbagi Kesenangan dengan Meminjamkan Buku


Selalu ada rasa senang tiap kali seseorang mengembalikan buku karena pembicaraan jadi lebih panjang dari biasanya.

Tahun ini saya mulai memberanikan diri untuk melepas buku-buku saya, saya pinjamkan pada orang lain. Saya dan pacar membuat akun Instagram khusus untuk pinjam meminjam buku di area Pontianak namanya @bukuselanjutnya buku-buku kami diunggah di sini, kalau ada yang ingin meminjam bisa langsung menghubungi kontak yang tercantum.

Tidak ada syarat khusus untuk meminjam buku di sini, kami meminjamkan dengan sukarela. Dengan niat tulus untuk berbagi kesenangan membaca. Tujuannya tentu saja untuk berbagi kebahagiaan dan menambah jejaring pertemanan. Sementara ini yang meminjam kebanyakan adalah teman-teman dekat kami, tapi ada juga beberapa teman baru, dan ada calon-calon peminjam yang terpaksa tidak kami pinjami buku karena yang bersangkutan tidak sopan ketika ingin meminjam.

Berbagi kesenangan dengan cara ini dianggap tindakan bodoh oleh sebagian orang. Apalagi Gus Dur pernah mengucapkan kalimat yang bunyinya "Hanya orang bodoh yang mau meminjamkan bukunya dan hanya orang gila yang mau mengembalikan buku yang sudah dia pinjam." Dulu saya juga setuju dengan kalimat ini, buku-buku saya jarang saya pinjamkan pada orang lain, kalau saya berani meminjamkan itu karena saya tahu orangnya pasti bisa menjaga buku saya, atau karena saya juga meminjam buku darinya. 

Semakin bertambahnya usia, semakin banyak saya membaca buku dan bertemu orang, semakin sering diskusi dan kontemplasi akhirnya saya sampai pada titik ini. Buku-buku saya boleh dipinjam siapa saja. Untuk kalian yang memiliki kecintaan terhadap buku dan kegiatan membaca, kalian pasti mengerti bagaimana sulitnya melepas keterikatan kita dengan buku, rasa memiliki yang teramat dalam sampai kita takut kehilangan. Apalagi buku-buku yang didapat dengan susah payah. 

Tapi sekarang rasa memiliki yang berlebihan seperti itu sudah saya tinggalkan. Saya selalu ingin bermanfaat bagi orang lain, kalau dengan buku-buku yang saya punya seseorang bisa merasa bahagia maka saya tidak keberatan untuk berbagi bacaan. Lagipula semesta bekerja dengan cara yang adil. Ketika kita berbuat baik maka kebaikan pasti terjadi juga pada kita, selalu ada balasan.

Saya tidak merasa bodoh ketika meminjamkan buku-buku saya pada orang lain karena saya tahu saya baru saja membuat orang lain bahagia tiap kali saya menyerahkan buku tersebut. Saya tidak merasa bodoh karena saya mungkin baru saja membantu seseorang mendapat pengalaman baru dalam hidupnya setelah membaca buku yang dia pinjam dari saya. Mungkin saja buku yang saya pinjamkan mengubah hidup seseorang, atau menyelamatkannya dari keputus-asaan. 

Saya yakin buku-buku yang dibaca lebih berarti ketimbang buku-buku yang disimpan rapi di rak buku. Kalau saya sudah membaca buku kemudian menyimpan buku tersebut dengan rapi, menjadikannya koleksian pribadi, itu sama saja saya menghilangkan nilai buku tersebut padahal di luar sana seseorang sedang kebingungan mencari buku tersebut atau berusaha keras menyisihkan gajinya yang tidak seberapa untuk membeli buku yang saya simpan rapi di rak buku, sesekali dikeluarkan untuk dibersihkan dan difoto lalu dipamerkan di media sosial. Betapa egoisnya saya.

Apalagi saya termasuk orang yang sering misuh-misuh karena rendahnya tingkat membaca dan menulis di lingkungan saya, tanpa sedikit pun saya peduli keadaan mereka yang mungkin tidak punya kemampuan untuk membeli buku yang ingin mereka baca. Kalau kamu memiliki banyak buku lantas marah-marah karena rendahnya tingkat literasi masyarakat tapi tidak berbuat apa-apa, sebenarnya kamu tidak layak marah-marah. Yang harus kita lakukan adalah berbagi buku yang kita punya, biarkan mereka meminjam dan membacanya.

Bukankah berbagi adalah hal yang menyenangkan? meski kecil dan sederhana seperti berbagi bacaan. Dulu saya sering marah-marah pada pacar saya kalau buku saya dipinjamkannya pada orang lain, sekarang sudah enggak dong. Kami berdua senang sekali kalau ada nomor baru menghubungi dan ingin meminjam buku, itu artinya kami akan membuat orang lain senang dan teman kami jadi bertambah. 

Seperti kata Tan Malaka, selama toko buku ada, selama itu pustaka bisa dibentuk kembali. Kalau perlu dan memang perlu, pakaian dan makanan dikurangi. Dan bagi kami selama ada orang yang mau saling pinjam-meminjamkan buku, selama itu pustaka bisa dibentuk kembali. Kalau perlu dan memang perlu, tidak hanya bertukar buku tapi juga berdiskusi dan membuat gerakan bersama.

Jadi kawan-kawan yang mau pinjam-pinjaman buku, yuk kita saling tukar pinjam. Jangan biarkan buku-buku yang kita beli memenuhi rak buku tanpa dibaca. Jangan sampai kita kesal pada kondisi literasi di sekitar kita tapi kita tidak berbuat apa-apa. Satu buku yang kita pinjamkan pada seseorang bisa saja mengubah kehidupannya atau menyelamatakannya dari kebingungan, bahkan kesepian. 
Thank you for visiting my blog

Comments

  1. Rani, teruslah berbagi! Semesta akan 'mempertimbangkan' kepedulianmu. Proud of you!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Frater, terima kasih. Saat ini cuma bisa berbagi buku, semoga nanti bisa membagikan lebih banyak hal untuk membuat orang lain bahagia.

      Delete

Post a Comment