"Kalian pemuda, kalau kalian tidak punya keberanian, sama saja dengan ternak karena fungsi hidupnya hanya beternak diri." (49)
Judul: Saya Terbakar Amarah Sendirian!
Penerbit: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)
Tahun Terbit: Cetakan pertama, Januari 2006
Cetakan kedua, Desember 2006
Tebal: 131 halaman.
7/30
Buku ke tujuh yang saya baca. Ini adalah buku yang berisi perbincangan Pramoedya Ananta Toer dengan jurnalis asal Amerika, André Vltchek dan Rossie Indira tentang pandangan Pram terhadap beberapa hal terkait negeri bernama Indonesia.
Mulanya penulis menjumpai Pram karena sebuah project film, tapi keadaan Pram sudah sangat lemah, tidak bisa banyak bergerak, hanya bisa bicara dan menghisap rokok.
Buku ini merangkum pikiran-pikiran Pram tentang banyak hal yang terjadi di negeri ini. Mulai dari pengalaman pribadinya yang menjadi korban kejahatan sebuah rezim, hingga harapannya pada golongan muda.
Dibuka dengan kata pengantar dari Chris GoGwilt yang epic, lalu sekapur sirih dari penulis yang membuat kadar penasaran semakin bertambah.
Ada 12 bagian yang merangkum perbincangan hangat yang dilakukan dalam waktu empat bulan ini, fyi wawancara mulai dari Desember 2003-Maret 2004 saat itu kondisi kesehatannya sudah jauh menurun.
Pram membahas tentang sejarah, kolonialisme dan Soekarno, dia juga menceritakan kideta 1965 dan masa penahanan yang dialaminya, emosi pasti tercampur aduk di bagian ini.
Dia juga menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang budaya dan Jawanisme, Pram adalah tokoh yang sangat menentang Jawanisme. Menurutnya Jawanisme hanya melahirkan generasi-generasi yang penakut terhadap junjungan (pemerintah), bermental pecundang karena tidak berani melawan atasan walaupun tahu perbuatannya salah. Dia menjelaskan Jawaniame dan kolonialisme Jawa sudah bertindak brutal pada penduduk Indonesia yang tinggal di negara kepulauan yang luas ini, jauh lebih keji dari ysng dilakukan oleh para penjajah asing.
Karya sastranya juga dibahas, begitupun presiden kesayangan Amerika, Soeharto, turut dibahas olehnya, dalam bagian ini dia terang-terangan menyebut Soeharto sebagai presiden yang merusak Indonesia. Merusak moral bangsa hingga ke akar-akarnya, dan membentuk Indonesia yang sekarang, Indonesia yang menurutnya sedang berjalan menuju gerbang kehancuran.
Timor Leste dan Aceh juga dibahas dalam satu sesi, dia menyebut jika mental masyarakat Aceh patut ditiru, mental pejuang.
Keterlibatan Amerika Serikat juga dibicarakan. Hingga rekonsiliasi yang menurutnya tidak bisa menggantikan haknya yang telah dirampas pemerintah, dirampas negara.
Bagian akhir ditutup dengan harapannya pada masa depan Indonesia. Dia menyebut bahwa revolusi adalah satu-satunya jalan untuk menyelamatkan masa depan Indonesia, dan hal ini hanya bisa dilakukan oleh golongan muda.
Sebagai orang yang menyukai prinsip dan belajar kemanusiaan melalui karya-karya Pram, buku ini saya rekomendasikan untuk dibaca. Usai dibuat penasaran oleh kata pengantar di bagian depan, pembaca selanjutnya bisa bergumul dalam pikiran penulis Asia Tenggara yang berkali-kali mendapatkan nominasi Nobel Sastra ini. Ada banyak keresahan yang disampaikan Pramoedya Ananta Toer, seorang penulis yang ditahan Orba selama 34 tahun di penjara dan kamp konsentrasi tanpa proses pengadilan sama sekali. Seorang penulis yang karya-karyanya dirampas dan dimusnahkan, bahkan yang berhasil diselamatkan dilarang beredar, tidak cukup itu, pemerintah juga membakar perpustakaannya, mengacaukan kehidupan keluarganya.
Membaca buku ini tidak hanya menyulut empati terhadap kemanusiaan, tapi juga menumbuhkan kesadaran bahwa golongan muda di negeri ini harus berbenah, betapa rendahnya kemampuan memproduksi sehingga memiliki mental lembek, hanya mau jadi pesuruh.
Saya Terbakar Amarah Sendirian seperti buku yang sangat pribadi mengenai sosok Pram, dan di balik lembarnya saya seolah mendengar Pram sedang menasehati saya. Hahaha.
Golongan muda, saya rasa buku ini memang ditulis untuk kita.
Mau baca dong bukunya..kirim ke sini yaa, mba
ReplyDeleteSiap, mbak :)
Delete