Langit biru, awan luas, cahaya mentari yang hangat. Selamat pagi dunia.
Selalu ada harapan baru dibalik langit biru. Warna biru yang selalu mengingatkanku untuk mengucap syukur karena pagi masih bisa kujelang. Warna biru yang selalu memberiku semangat dari keputusasaan semalam suntuk, kegelisahaan karena tak berhasil menyelesaikan tumpukan draft di laptop ku, warna biru yang luas, seluas impian-impian yang sampai detik ini kuperjuangkan. Impian yang kadang seolah lenyap seiring tenggelamnya matahari, rencana-rencana yang pupus seiring berlalunya senja, menggiring gelisah lain sepanjang malam yang berakhir dengan jari-jari kaku di keyboard laptop, lalu pikiran kosong pun menari liar memanggil kantuk di subuh buta. Kemudian lelap dalam kehampaan. Dan untungnya, pagi selalu datang, menyapaku dengan birunya yang luas. Lembut. Seolah merengkuhku agar aku bangun dan memulai lagi dari awal, meski kadang yang ku ulangi tak lain adalah kegagalan dan berujung kesia-siaan. Dia selalu menawarkan kelembutannya, dan dengan ikhlas penuh merelakan mimpi-mimpiku ku tuliskan di sana, ya di langit biru itu. Menggantung dan selalu terlihat oleh mataku ketika aku menatap ke atas. Dia tinggi, luas, lembut, dia biru, seperti mimpi-mimpiku.
Selalu ada harapan saat aku menatap biru.
Selalu ada kesempatan ketika aku menjumpai biru.
Biru terang di langit luas. Biru lembut yang selalu menawarkan ketenangan, biru langit tempatku menggantungkan cita-cita, impian, dan semua bagian terkecil dari rencana kehidupanku. Di sana, di langit berwarna biru itu, biru yang selalu datang setiap hari, menyapa ramah di tiap pagiku. Aku tahu, kau akan menjumpaiku besok, lagi dan lagi, setiap hari.