Malam ini tak ada yang berbeda. Kampus ramai seperti biasanya, jalanan di samping kantin belakang juga masih berlubang dan becek oleh genangan air, hujan memang akrab menyambangi bumi di bulan Desember. Lampu di Taman Digulis juga masih bersinar terang, beberapa orang masih terlihat bersantai di sana. Semuanya masih sama seperti hari kemarin.
Aku mengarahkan kendaraanku menuju mall yang tidak jauh dari wilayah kampus. Mungkin aku akan menonton sesampainya di sana, atau sekedar membeli sebuah buku di Gramedia. Aku hanya ingin menghabiskan waktuku sendirian.
Kalau kau merasa kesepian, mall adalah tempat yang tepat untuk kau datangi. Di sana keramaian bisa kau temui bahkan sampai ke sudut-sudut toilet. Tapi memang kadang ada kesepian yang terasa sangat hangat, jauh di dasar hati. Sepi yang membuatmu tetap merasa sendirian bahkan di tengah keramaian.
Aku langsung melangkahkan kakiku ke lantai tiga. Di sana kulihat beberapa daftar film beserta jadwal tayangnya. Aku akan pulang larut malam jika menonton. Lalu kuputuskan untuk turun dan Gramedia menjadi tujuanku.Aku bisa menghabiskan waktu berjam-jam jika sedang ingin berlama-lama di sana. Sekedar menumpang membaca buku yang sudah dibuka segelnya.
Aroma khas toko buku beserta senyum ramah penjaga yang berdiri di samping pintu masuk menyambutku. Wajah-wajah tak asing berdiri dan berjalan lalu lalang di dalam sana. Wajah-wajah penuh senyum yang kadang terlihat terlalu dipaksakan, seragam mereka khas. Warna merah dan hitam. Aku sudah sangat sering ke sini, beberapa dari mereka sampai mengenaliku.
Dengan cepat aku menuju bagian buku yang baru datang. Mataku cepat menyusuri baris demi baris rak buku di depanku. Beberapa buku sudah kupesan di toko buku online yang menjadi langgananku. Aku sering membeli buku di luar, harganya lebih murah. Tapi sering juga membeli buku di sini, karena ada kartu anggota jadi ada buku-buku tertentu yang selalu mendapat potongan harga.
Aku berniat menuju bagian buku di sebelah kiriku - buku-buku best seller- ketika mataku menangkap sosok yang tidak asing lagi berdiri tidak jauh dariku, tepat di depan bagian buku best seller yang hendak kutuju.
Perawakannya tinggi, kurus, brewokan, dan caranya berpakaian yang tak pernah berubah. Jeans pendek dengan kaos polo. Kali ini dia mengenakan kaos polo warna hitam, aku mengenakan kemeja hitam. Aku masih setengah percaya pada pengelihatanku. Sampai akhirnya aku melihat sendiri sepatu kawai yang dikenakannya. Dalam hati aku bergumam "lo banget lah ini, nggak berubah-berubah".
Dia sedang membolak-balik halaman sebuah buku. Aku tidak ingin dia melihatku, tapi sebelum aku memalingkan wajah mata kami terlanjur bertemu tatap.
Bibirku mendadak kaku. Aku tidak bisa berkata apa-apa, dia tersenyum dan terlihat seakan ingin mendekat ke arahku. Buru-buru kupalingkan tubuhku dan aku melangkah keluar dengan kaki yang seolah melayang di udara.
Kupastikan aku sudah cukup jauh dari toko buku itu. Aku bergidik. Baru kali ini aku gugup setengah mati, merinding. Tarikan nafasku memburu langkahku yang mulai kuperlambat.
Tiba-tiba bertemu mantan memang horor.
Comments
Post a Comment