Penulis: George Orwell
Penerbit: Bentang Pustaka
Cetakan: Edisi III, Juli 2016
Penerjemah: Landung Simatupang
Penyunting: Ika Yuliana Kurniasih
Perancang Sampul : Fahmi Ilmansyah
Tebal: viii + 400 hlm
"Big brother is watching you !"
Novel ini terbit pertama kali pada tahun 1949 dan menjadi karya terakhir dari George Orwell, novel ini juga merupakan novel distopia pertama yang saya baca.
Dengan tokoh utama seorang lelaki bernama Winston Smith, George Orwell menjelaskan bagaimana rasanya hidup dalam negara otoriter. Negara tempat Winston hidup adalah Oceania (Inggris), negara yang dikuasai oleh Bung Besar. Winston adalah seorang warga negara yang berusaha mematuhi aturan Partai (negara) meskipun dia tidak menginginkan hidup di bawah kediktatoran, dia tidak bisa berbuat apa-apa - selain mengutuk Partai di dalam hati dan tenggelam dalam kenangan masa kecilnya.
Winston Smith bekerja untuk Kementerian Kebenaran, tugasnya adalah mengubah isi berita (mengubah sejarah) atau memilih kalimat-kalimat yang akan dijadikan kutipan pidato Bung Besar. Di Oceania, hampir tidak ada tempat yang luputt dari pengamatan Partai, tidak ada privasi di sana. Ada teleskrin di mana-mana, Polisi Pikiran mengintai isi pikiran semua orang, tidak ada ampun bagi mereka yang terbaca ingin menghianati Partai - atau ragu terhadap Partai. Di negara itu, semua orang yang dianggap berbahaya bagi Partai akan diuapkan. Diuapkan berarti dihilangkan, semua data mengenainya akan dihapus dan riwayat hidupnya tidak akan pernah ditemui, dia tidak akan pernah ada.
"Seluruh sejarah adalah semacam batu tulis, bisa dihapus bersih dan ditulisi lagi sesering yang dibutuhkan. Bagaimanapun, setelah dilakukan pemalsuan, tidak pernah mungkin dibuktikan bahwa memang ada pemalsuan apa pun juga." - Hlm. 50
Melalui Winston, George Orwell mengungkapkan hal apa saja yang bisa dilakukan negara untuk mengatur dan menguasai individu di dalam negara tersebut, tidak sekadar membuat mereka taat tapi negara juga mengendalikan pikiran masyarakatnya. Negara yang otoriter tidak akan memberikan celah sedikitpun untuk dilewati bagi para pembelot peraturan. Mereka melakukan berbagai cara untuk membuat rakyat tunduk dan berpikir bahwa mereka adalah penyelamat. Mereka memanipulasi data, membohongi rakyat, menghilangkan yang dianggap berbahaya, mencuci otak generasi muda di negara tersebut, dan mereka mengubah sejarah.
Di dalam novel ini kekejaman negara otoriter dijelaskan serinci mungkin, serinciiii mungkin. Sampai-sampai saya takut membayangkannya. Karena itu, kesimpulan yang saya dapatkan dari karya Geroge Orwell ini adalah; dia berpesan agar siapa saja yang membaca ini, tidak akan membiarkan negaranya dipimpin oleh seorang diktator.
Well, mengingat Indonesia sendiri pernah dikuasai rezim yang diktator seperti ini, jadi saya sangat menyarankan buku ini dibaca oleh siapa saja yang ingin belajar politik. Halaman 234-269 merupakan bagian favorit saya. Pada bagian ini, George Orwell banyak membicarakan teori kekuasaan lengkap dengan nama negaranya.
Penjelasan-penjelasan tentang cara kerja kediktatoran juga banyak diperoleh pada bagian-bagian akhir novel ini, tepatnya dengan kehadiran O'Brien.
"Kuasa bukanlah sarana; ia adalah tujuan. Orang tidak akan membangun pemerintahan diktator demi menyelamatkan revolusi; orang menciptakan revolusi untuk membangun pemerintahan diktator" - Hlm.330
Novel ini sangat mengedukasi menurut saya, novel yang sangat bagu, satire, kejam, dan manis, covernya yang manis. Pembatas bukunya juga lucu. Dengan terjemahan yang tidak kaku, novel ini sangat mudah dipahami.
Comments
Post a Comment