Awal tahun 2016 - tepatnya pada bulan Maret - Pandji Pragiwaksono menerbitkan buku terbarunya yang berjudul Menemukan Indonesia. Sebuah buku yang merekam perjalanannya mengunjungi dua puluh kota di delapan negara pada empat benua dalam kurun waktu satu tahun. Dua puluh kota tersebut adalah Singapura, Sydney, Melbourne, Adelaide, Brisbane, Gold Coast, Hong Kong, Makau, London, Liverpool, Manchester, Amsterdam, Leiden, Berlin, Guangzhou, Beijing, Tokyo, Kyoto, Los Angeles, dan San Francisco.
Perjalanan yang terangkum di buku ini merupakan perjalanan untuk liburan keluarga dan ada juga perjalanan untuk tur dunianya, yaitu tur stand up comedy yang bertajuk Mesakke Bangsaku World Tour. Saya ingin tepuk tangan untuk prestasi Pandji Pragiwaksono, dia adalah orang Indonesia pertama yang melakukan tur dunia. Salut. Di Indonesia, orang pertama yang melakukan tur dunia adalah seorang komedian, di negara lain yang melakukan tur dunia biasanya penyanyi atsu motivator.
Di buku ini Pandji tidak hanya menceritakan pengalaman berlibur bersama keluarga atau tur stand up comedy-nya, dia juga menyertakan destinasi wisata apa saja yang harus dikunjungi ketika berlibur ke kota yang didatanginya. Lengkap dengan keadaan sosial budaya suatu negara, keadaan transportasi dan transportasi jenis apa yang bisa kita gunakan serta hal-hal apa saja yang kira-kira harus kita hindari jika berada di negara tersebut.
Makanan apa yang wajib dicoba dan nama tempatnya serta restoran Indonesia yang bisa didatangi jika ingin menyantap makanan Indonesia. Ada juga nama-nama penginapan dan tempat berbelanja jika ingin menyambangi tempat perbelanjaan, karena Pandji adalah seorang pengoleksi sepatu olahraga maka ada banyak review toko sepatu olahraga. Tidak terkecuali toko mainan karena setiap berpergian dia selalu mampir ke toko mainan untuk membelikan oleh-oleh bagi anak-anaknya.
Seperti judulnya "Menemukan Indonesia" menurut saya buku ini merupakan sebuah tulisan komparatif antara Indonesia dan 20 kota yang dikunjunginya. Melalui sudut pandangnya Pandji mengajak kita melihat baik- buruknya Indonesia. Kita akan berlapang dada mengakui kelemahan negara kita tapi melalui fakta-fakta yang dikemukakan Pandji kita juga akan menyadari bahwa Indonesia juga adalah negara yang layak untuk kita banggakan.
Di Indonesia kebebasan berpendapat jauh lebih lebih dihargai dibanding di Singapura , pemerintah kita sangat terbuka pada kritik yang disampaikan dengan berbagai cara termasuk dengan demonstrasi. Di Singapura jika ketahuan berdemo bisa dipastikan seseorang tidak akan mendapatkan pekerjaan seumur hidupnya.
Semenakutkan itukah untuk berpendapat di Singapura ? tapi Singapura lebih maju daripada Indonesia. Iya, tau. Los Angeles dan San Francisco ternyata tidak se-wow yang ada di
film-film hoolywood tapi mengapa mereka selalu menjadi tujuan bagi
orang-orang kaya untuk berlibur ? Makanya baca buku ini supaya lebih tau banyak lebih dan kurangnya Indonesia jika disandingkan dengan negara-negara yang dikunjungi Pandji.
Kajian komparatif yang dikemas dengan cara yang asik; dikisahkan melalui sebuah pengalaman perjalanan. Sebuah cara yang menarik untuk mencuri perhatian kaum muda yang menurut saya memang harus membaca buku ini. Buku yang membangkitkan kecintaan kita pada Indonesia dan sadaer sebagai generasi muda kita harus melakukan perubahan, melakukan sesuatu. Buku yang menambah wawasan kita mengenai dunia luar dan membuat kita mengenal wajah Indonesia.
Menyadarkan kita, bahwa kita harus berbenah jika ingin Indonesia menjadi negara yang nyaman seperti yang kita impikan. Nyaman karena pembangunan merata sehingga kepentingan masyarakat terlindungi - karena tindak kriminal rendah- karena kesadaran masyarakatnya tinggi seperti penduduk di Belanda- karena penduduk Indonesia telah berdamai dengan masa lalu seperti penduduk Jerman yang telah memaafkan masa lalu mereka. Nyaman karena tidak ada perdebatan kaum apa yang harusnya memimpin suatu bangsa.
Buku ini menjadi salah satu buku renungan, seperti buku-buku Pandji yang lainnya. Ini adalah kutipan paragraf terakhir dari buku Menemukan Indonesia, kutipan ini kemudian menjadi renungan saya sesaat setelah menyelesaikan buku ini.
"Wawasan Anda tentunya bertambah lewat apa yang dibaca di buku ini. Pilihannya tinggal dua, Anda endapkan wawasan itu di kepala saja atau bersama-sama kita jadikan modal untuk melakukan sesuatu. Untuk memabantu menjadikan negara kita ini tempat yang lebih ideal bagi semua orang tanpa terkecuali, entah itu mayoritas maupun minoritas. Untuk membuat Indonesia menjadi Tanah Air yang kita semua khayalkan, idamkan, dan dambakan. Membuat tanah yang Anda pijak menjadi Indonesia. Tempat berlindung di hari tua, sampai akhir menutup mata."
Jadi saya ingin berhenti menggerutu tentang Kalimantan Barat yang masih jauh dari kata Indonesia, tentang Kapuas Hulu yang masih jauh dari sentuhan "Indonesia". Pasti ada yang bisa dilakukan untuk membuat tempat ini menjadi Indonesia.
aku suka caramu meresensiiii~
ReplyDeletewaaah terimakasih hihi
Delete