Pelacur Itu Datang Terlambat
Penulis: D. Purnama
Penerbit: Enggang Media
"Kematian mana lagi yang lebih menyakitkan selain kematian jiwa dalam raga yang masih terikat kehidupan." — Hari Matinya Bapak, Halaman 47.
Setelah melewatkan beberapa kali diskusi mengenai Pelacur Itu Datang Terlambat, akhirnya saya tuntas juga degan buku ini.
Buku setebal 113 halaman ini memuat 12 cerita pendek yang diangkat dari kehidupan sosial sehari-hari, diceritakan oleh D. Purnama dengan sangat berani. Dia menguraikan cerita dengan rangkaian diksi yang indah, menjadi nyawa dari tulisannya.
Cerpen yang menjadi pembuka buku ini adalah Sedap Malam yang Cemburu, sebuah cerpen yang tidak bisa ditebak dan sangat berkesan bagi saya. Mengangkat fenomena krisis gender, cerita ini dikemas dengan penuh kejutan.
Ada juga cerita pendek berjudul Hari Matinya Bapak. Sebuah cerita yang membuat saya banyak merenung dan memikirkan bapak. Sangat dalam, terlepas dari pengalaman pribadi yang pernah saya alami, D. Purnama berhasil mengajak pembaca larut dalam kematian seorang ayah ketika melihat harapan yang dia gantungkankan di pundak puterinya diturunkan dengan cara yang tidak dia anggap layak.
Kisah lainnya membuat haru karena tersirat kritik sosial terhadap berbagai permasalahan yang kita hadapi sehari-hari. Berbicara tentang kemiskinan, hegemoni, dibingkai dengan budaya.
Untuk cerpen yang dipilih menjadi judul buku ini, saya menilai D. Purnama adalah seorang feminis. Di beberapa bagian dia berhasil menunjukkan keberpihakannya pada upaya perempuan untuk melepaskan diri dari konstruksi sosial yang selama ini disematkan pada kaum hawa.
Buku ini berhasil membawa saya berimajinasi liar, melewati batas rasional seperti saat membaca kisah Meow dan Buaya Dalam Waduk. Sebuah pengalaman membaca yang jarang saya nikmati.
Buku ini tidak akan mencuri banyak waktumu. Kecuali kamu membacanya berulang-ulang karena suka. Btw, ini adalah buku fiksi pertama dari penulis asal Kalbar yang berhasil saya tuntaskan. Diksinya bagus, idenya juga bagus, kecuali covernya yang membosankan.
Jadi tertarik untuk membaca karya D. Purnama yang lain.
Kereen 👍😎
ReplyDelete