foto: Ache Salalona |
Ketika menghadiri acara sijaratan, sebuah upacara pernikahan adat suku Dayak Tamambaloh, kita pasti menemukan tulisan "Sikondo Takin Bunga, Siayam Tolang Manik, Tio' Satutuan". Tidak hanya di tempat acara berlangsung, kadang tulisan ini dijadikan pembuka untuk undangan pernikahan putra-putri Tamambaloh.
Kalimat ini diambil dari penggalan baranangis yang dilantunkan pada acara sijaratan. Baranangis sendiri adalah sastra lisan suku Dayak Tamambaloh. Baranangis menggunakan bahasa pengandaian yang jarang digunakan dalam bahasa sehari-hari masyarakat Tamambaloh, karena itu kalimat Sikondo Takin Bunga, Siayam Tolang Manik, Tio' Satutuan tidak bisa diartikan secara harafiah.
Berdasarkan penjelasan Pius Onyang ST, Tamanggung suku Dayak Tamambaloh di Kecamatan Embaloh Hulu, kalimat ini berisi pesan untuk menjaga persaudaraan.
Sikondo takin bunga berarti hidup saling menjaga seperti bunga takin yang disusun hingga kuat untuk dijadikan penggalang ikat kepala para wanita Tamambaloh. Perlu diketahui juga bahwa bunga takin adalah salah satu wewangian alami yang sering digunakan masyarakat Tamambaloh di masa dahulu.
Siayam tolang manik artinya hidup saling menghormati satu sama lain, menuruti aturan hingga bisa hidup berdampingan ibaratkan biji manik yang dianyam hingga membentuk sebuah pola yang indah yang dikenakan pada pakaian adat Tamambaloh.
Tio' satutuan berarti hidup bersama sepanjang masa, ini berarti sesama banuaka' jangan sampai bertengkar lalu ada yang memisahkan diri. Hendaknya sesama banuaka' hidup saling menyayangi.
Begitulah para leluhur suku Dayak Tamambaloh memberi pesan pada anak-cucunya, agar selalu hidup saling menjaga dan menghormati, hidup dalam belas kasih terhadap sesama. Karena itu pesan ini sebenarnya bersifat universal, tidak hanya digunakan untuk orang menikah tetapi juga untuk kehidupan masyarakat Tamambaloh sehari-hari.
Comments
Post a Comment